Contoh Makalah Fathimah Az Zahra
MAKALAH
AQIDAH AKHLAK TAHUN AJARAN 2017/2018
MADRASAH
ALIYAH NEGERI 19 JAKARTA
“KISAH
KETELADANAN FATIMAH AZZAHRA”
FATIMAH
AZZAHRA
Fatimah Az Zahra, putri Rasulullah
SAW.
Fatimah Az Zahra adalah anak
perempuan ke empat pasangan Rasulullah dan Ummul mu'minin Khadijah. (Rasulullah
dan Siti Khadijah dikaruniai empat orang putri; Zeinab, Raqayyah, Ummi Kultsum
dan Fatimah). Fatimah dilahirkan ketika kaum quraisy merenovasi ka'bah (pada
saat itu Rasulullah yang dikenal dengan julukan Al Amin –orang yang dipercaya- berhasil menggagalkan peperangan
antara kelompok quraisy). Tepatnya 20 jumadil akhir lima tahun sebelum bi'tsah
(turun wahyu kepada rasulullah). Di antara anak wanita Rasulullah
SAW, Fathimah Az-Zahra merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya
itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci
sebagaiman yang diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fartimah
r.a, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun
mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati
mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa
ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran
cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam
kecemasan salah seorang dri mereka menyapaku: "Wahai Khadijah! Aku adalah
Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa,
Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua
diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda
bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di
sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah r.a
lahir."
Menginjak usia 5 tahun, beliau
telah ditinggal dengan wafatnya ibunya. Sehingga automatik beliau mengantikan
posisi ibunya dalam melayani, membantu dan membela Rasulullah s.a.w, sehingga
beliau mendapat gelaran Ummu Abiha (ibu dari ayahnya). Dan dalam usia yang
masih kanak-kanak, beliau juga telah dihadapkan kepada berbagai macam ujian.
Beliau melihat dan meyaksikan perlakuan keji kaum kafir Qurays kepada
ayahandanya, sehingga seringkali pipi beliau basah oleh linangan air mata
kerana melihat penderitaan yang dialami ayahnya.
Dalam beberapa riwayat, dijelaskan
bahwasanya Fatimah adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah (kelak
setelah lahirnya Hasan bin Abi Thalib bin Fatimah bin Muhammad, Hasanlah orang
yang paling mirip dengan Rasulullah), di antaranya adalah apa yang dikatakan
'Aisyah: "Tidak ada yang mirip Rasulullah dalam cara berjalan dan bertutur
kata kecuali Fatimah", Dalam riwayat lain Ummul Mu'minin Ummu Salamah mengatakan:
"Fatimah bintu Rasulillah adalah orang yang paling mirip wajahnya dengan
Rasulullah." Hal ini ditegaskan oleh Anas bin Malik dalam salah satu
riwayatnya: "Fatimah sangat mirip dengan Rasulullah, kulitnya putih dan
berambut hitam."
Fatimah, memiliki banyak julukan,
julukannya yang paling masyhur adalah Az Zahra yang artinya bercahaya,berkilau.
Ulama berbeda pendapat dalam sebab dijulukinya Az Zahra, ada yang mengatakan
karena Fatimah adalah bunga Rasulullah, yang lain mengatakan karena Fatimah
berkulit putih, pendapat ketiga mengatakan karena apabila Fatimah beribadah
dalam mihrabnya (musholah) maka cahayanya menerangi mahkluq yang ada di langit
seperti halnya cahaya bintang menerangi makhluq yang ada di bumi. Selain Az
Zahra, Fatimah mendapat julukan Ash Shiddiqah (orang yang percaya), Al
Mubarakah, At Thahirah, Az Zakiyyah, Ar Radhiyah, Al Murdhiyyah.
Di samping julukan-julukan di atas,
Fatimah mendapat julukan Al butul, sebagaimana Siti Maryam mendapat julukan
tersebut. Yang dimaksud dengan al butul di sini adalah memutuskan hubungan
dengan dunia untuk beribadah kepada Allah.
Julukan yang tidak kurang
istimewanya dari julukan-julukan di atas adalah julukan ibu dari bapaknya
"ummu abiha" Para ulama berusaha menafsirkan julukan ini dengan
berbagai penafsiran di antaranya:
1. Fatimah
adalah anak bungsu Rasulullah SAW. Dan ialah satu-satunya anak Rasulullah yang
tinggal bersama Rasulullah setelah Khadijah wafat. Maka ialah yang menggantikan
ibunya menyediakan keperluan Rasulullah SAW. Oleh karena itu Fatimah dijuluki "ummu
abiha".
2. Dijuluki
"ummu abiha", karena Rasulullah melalui wahyu sudah mengetaui bahwa
hanya Fatimah lah di antara putra putrinya yang akan meneruskan keturunannya.
3. Dijuluki
Rasulullah "ummu abiha", karena sama namanya dengan ibu asuh
Rasulullah Fatimah binti Asad.
Fatimah Az Zahra, anak teladan
Tak sedikit riwayat yang menegaskan
keistimewaan Fatimah di hati Rasulullah, di antaranya adalah riwayat yang
menceritakan ketika Rasul mengajak keluarganya untuk memeluk Islam, dalam
khutbahnya yang masyhur Rasulullah memilih Fatimah di antara putri-putrinya
yang lain. Ketika itu ia berseru "Ya Fatimah binti Muhammad mintalah
padaku apa yang kamu mau, tapi kelak di hadapan Allah aku tidak bisa berbuat
apa-apa untukmu." Atau dalam riwayat lain ketika Rasulullah mendengar kaum
Muslim tidak melakukan hukuman potong tangan karena yang melakukan pencurian
berasal dari pembesar Quraisy, Rasulullah menyatakan statemennya yang
spektrakuler: "Apabila Fatimah binti Muhammad mencuri maka akan aku potong
tangannya." Dua peristiwa ini sebagai bukti begitu dekatnya Fatimah di
hati Rasulullah SAW.
Apakah dengan demikian Fatimah
menjadi anak manja dan besar kepala? Tidak ada waktu bagi seorang putri
Rasulullah untuk bermanja, bayangkan di usianya yang baru menginjak 12 tahun
Fatimah sudah mengalami apa yang kita kenal dengan embargo ekonomi dan sosial
kaum quraisy terhadap kaum Muslimin. Selama tiga tahun ia mengalami kelaparan
yang sangat dan menyaksikan bagaimana kaum muslimin meninggal satu demi satu untuk
mempertahankan aqidahnya.
Belum lagi ia menikmati berakhirnya
embargo yang dilakukan kaum Quraisy, ia harus kehilangan kakek yang
dicintainya, Abu Thalib, motivator dakwah ayahnya, Rasulullah. Yang menambah
kesedihannya adalah Abu Thalib wafat dalam keadaan musyrik menolak untuk masuk
Islam. Tidak cukup duka yang menimpa gadis kecil Fatimah, tak lama kemudian
ibunda Khadijah dipanggil oleh Sang Pencipta. Setelah puas menangis dengan
penuh kesabaran ia menggantikan posisi ibunya dalam menyiapkan segala keperluan
Rasulullah SAW.
Walaupun Fatimah berusaha
semaksimal mungkin untuk mengurus segala keperluan Rasulullah, tapi ia
menyadari bahwa Rasulullah memerlukan pendamping, tempat berbagi suka dan duka.
Oleh karenanya ketika Rasulullah menikah lagi, ia tidak menentang sedikitpun
dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW.
Rasulullah mengatakan bahwa:
"Fatimah adalah bagian dariku, apa yang membuatnya marah maka membuatku
marah" (HR. Bukhari, Turmudzi, Ahmad, Hakim). Demikian sebaliknya, sebagai
anak berbakti Fatimah selalu berusaha untuk melakukan apa yang membuat ayahnya
senang. Pernah suatu hari Fatimah berkunjung ke rumah ayahnya, Rasulullah,
ketika itu ia memakai seuntai kalung emas –hanya seuntai kalung sementara
wanita yang lain waktu itu memakai jauh lebih banyak darinya- ia tidak tahu
kalau hal itu akan membuat Rasulullah marah. Ketika keduanya tengah
bercengkrama, pandangan Rasulullah tertuju pada kalung yang dikenakan Fatimah.
Air muka Rasulullah langsung berubah dan beliau langsung membisu. Fatimah
mengerti dan minta izin. Sepanjang perjalanan ia berfikir dan menyimpulkan
bahwa Rasulullah marah kepadanya karena ia mengenakan kalung emas, Fatimah
memutuskan untuk menjual kalung tersebut dan hasil penjualannya akan ia belikan
seorang budak untuk membantu pekerjaannya. Tapi keberadaan budak tersebut di
rumahnya akan selalu mengingatkan Rasulullah SAW. Bahwa itu hasil penjualan
kalung emas yang menyebabkan kemarahannya. Akhirnya untuk mendapatkan ridho
ayahnya ia memutuskan untuk membebaskan budak tersebut.
Setelah itu pergilah Az Zahra
mengunjungi Rasulullah, Rasulullah langsung mencari-cari kalung yang dikenakan
Fatimah ketika kunjungannya terakhir tetapi ia tidak menemukannya. Belum sempat
Rasulullah bertanya, Fatimah mendahului menjelaskan apa yang ia lakukan dengan
kalungnya. Wajah Rasulullah langsung berubah cerah dan sumringah setelah
mendengar apa yang dituturkan Fatimah. Maka keluarlah ucapan Rasulullah untuk
Fatimah: Anti bintu abik "kamu betul-betul anak bapakmu."
Demikianlah, Fatimah Az Zahra
sebagai anak. Ia meninggalkan perhiasan bukan karena haram baginya, ia tahu
mubah hukumnya bagi wanita mengenakan perhiasan emas, tapi ketika ia mengetahui
ayahnya tidak menyukainya, maka ia rela meninggalkannya.
Fatimah Az Zahra, istri teladan
Sudah lama Ali menyembunyikan
keinginan untuk memperistri Fatimah. Keinginan tersebut bertambah menggebu
setelah Rasulullah menikah dengan Siti 'Aisyah. Bagi Fatimah, Ali bukanlah
orang asing, ia adalah anak paman Rasulullah, Abu Thalib. Keduanya dibesarkan
dalam rumah yang sama dengan orang tua yang sama (Ali dikafil oleh Rasulullah
sebagai balas jasa Rasulullah terhadap Abu Thalib). Tapi apa daya Ali tidak
memiliki apa-apa untuk dijadikan sebagai mahar. Abu Bakar dan Umar mendahului
Ali melamar Fatimah, keduanya ditolak Rasulullah dengan halus. Setelah
penolakan itu keduanya menemui Ali agar melamar Fatimah. Maka pergilah Ali
menemui Rasulullah untuk melamar Fatimah. Karena malu Ali menyampaikan
lamarannya dengan cara halus. Rasulullah hanya menjawab: "Ahlan
wamarhaban" lalu keduanya sama-sama diam. Keesokan harinya Ali kembali
menemui Rasulullah, kali ini dengan terang-terangan ia melamar Fatimah, dan
menjadikan baju besinya sebagai mahar. Kemudian atas perintah Rasulullah ia
menjual baju besinya seharga 470 dirham untuk keperluan perkawinannya.
Demikianlah perkawinan putri Rasulullah, dengan Ali, pemuda faqir yang hanya
memiliki baju besi untuk dijadikan mahar. Ketika itu usia Fatimah 18 tahun.
Dari pernikahannya dengan Ali bin
Abi Thalib, Fatimah Az Zahra memiliki 4 anak, 2 putra dan 2 putri. 2 putra
yaitu Hasan dan Husain. Sedangkan yang putri yaitu Zainab dan Ummu Kultsum.
Hasan dan Husain sangat disayangi oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Waalihi
Wassalam. Sebenarnya ada satu lagi anak Fatimah Az Zahra bernama Muhsin ,tetapi
Muhsin meninggal dunia saat masih kecil.
Dibanding dengan
saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling sengsara. Ali
tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan Fatimah. Fatimah
dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu oleh Ali sepulang
mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Rasulullah mendapat beberapa
orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk pergi menemui Rasulullah
guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Pergilah
Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya di tempat Rasulullah ia malu
menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang. Sesampainya di rumah ia
menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah kembali menemui Rasulullah,
karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah yang meminta kepada Rasulullah untuk
memberi mereka salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi
Rasulullah tidak bisa mengabulkan permintaan keduanya, karena hasil penjualan
budak-budak tersebut akan dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah
pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi
pemandangan itu menyentuh hati Rasulullah sebagai seorang ayah. Malamnya
Rasulullah mendatangi putrinya Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian
berdua aku beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?" keduanya
menjawab dengan serentak: "Tentu ya Rasulullah." Rasulullah berkata:
"Kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan
takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian hendak tidur bacalah
tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali."
Demikianlah semestinya seorang
ayah. Sebagai seorang ayah, Rasulullah ingin membantu anaknya, tapi apa daya
beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan, tapi beliau berusaha
menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan perhatian dan kata-kata
penyejuk hati.
Saking susahnya kehidupan keluarga
Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari Rasulullah berkunjung ke rumah Fatimah
(setelah Hasan dan Husein lahir), beliau hanya menemukan Fatimah, ketika beliau
menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan Husein, Fatimah menjawab: “Ali membawa
kedua anaknya berjalan-jalan agar mereka tidak meminta makan, sementara di rumah
tidak ada yang bisa dimakan."
Demikianlah Fatimah, putri
Rasulullah dengan sabar dan qana'ah dan penuh keridhoan, ia jalani kehidupan
rumah tangganya dengan Ali. Maka tak mengherankan betapa sakit hatinya Fatimah
ketika Ali berniat akan menikah dengan wanita lain. Apalagi setelah tahu siapa
wanita yang akan dinikahi Ali, yaitu; putri dari musuh Allah, Amr bin Hisyam
atau yang lebih dikenal dengan julukan Abu Jahal.
Adapun Ali, tidak ada niat
sedikitpun untuk menyakiti hati Fatimah apalagi hati Rasulullah SAW. Dalam
pandangannya selama ini, Rasulullah tidak membeda-bedakan antara putrinya
dengan yang lain. Buktinya Rasulullah pernah berkata bahwa apabila Fatimah
mencuri, maka akan dipotong tangannya sebagaimana yang lain. Berarti
sebagaimana wanita muslimah yang lain boleh dimadu demikian halnya dengan
Fatimah. Tapi ternyata dugaan Ali salah, Fatimah sangat marah dengan apa yang
diniatkan Ali, demikian halnya Rasulullah. Rasulullah naik ke mimbar dan
berkata: " Aku tidak mengijinkan Ali menikah dengan anak perempuan bani
Hisyam, kecuali jika Ali menceraikan Fatimah, Aku bukan mengharamkan yang
halal, tapi demi Allah tidak bersatu antara putri Rasulullah dan putri musuh
Allah pada satu laki-laki." Begitu istimewanya Fatimah di hati Rasulullah,
sampai beliau tidak tega melihatnya dimadu. Hal ini merupakan kekhususan Fatimah
Az Zahra sebagaimana kekhususannya dalam dilarangnya ia mengenakan perhiasan.
Sejarah mencatat bahwa Sayyidah
Fathimah Az-Zahra r.a setelah wafat Rasulullah SAW, beliau tidak pernah
terlihat senyum apalagi tertawa. Sejarah juga mencatat bahwa antara beliau
dengan khalifah pertama dan kedua terjadi perselisihan tentang tanah Fadak dan
tentang masalah lainnya. Menurut Sayyidah Fathimah r.a tanah itu adalah hadiah
dari ayahnya untuk dirinya, namun khalifah berkata: "Bahwa nabi tidak
meninggalkan sesuatau dari keluarganya, sedangkan warisan nabi berubah
statusnya menjadi sedekah yang digunakan untuk kemaslahatan kaum
muslimin".
Fathimah hanya hidup tidak lebih
dari 6 bulan setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 3 Ramadhan 11 Hijriah,
wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yag
relatif muda yaitu 27 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada
Imam ali as yang isinya:
1. Wahai Ali,
engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.
2. Mereka yang
tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
3. Jenazahku
harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.
Oleh kerana itulah, sehingga
sekarang makam sebenarnya Siti Fatimah r.a tidak dapat digambarkan ketepatan
posisi dan kedudukannya di dalam peta, hanya pendapat dan andaian yang paling
populer yang digunakan sebagai makam Siti Fatimah agar ummat islam menziarahi
kuburnya sebagai memperingati beliau selaku anak Rasulullah SAW yang ditinggikan
derajatnya oleh Allah SWT.
Fathimah Az-Zahra, "Putri
bungsu Rasulullah SAW, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambarkan
keagungan Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya.
Hikmah :
Fatimah adalah seorang wanita yang
agung, seorang ahli hukum Islam. Dari Fatimah inilah banyak diriwayatkan hadis
Nabi Saw. Dialah tokoh perempuan dalam bidang kemasyarakatan. Orangnya sangat
sabar dan bersahaja, akhlaknya sangat mulia.
Seorang wanita yang selalu
mendukung perjuangan ayahnya dan suaminya. Walaupun anak seorang yang sangat
disegani namun, Fatimah tidak pernah sombong. Ia adalah seorang istri yang
sangat sederhana hidupnya tanpa banyak
menuntut pada suaminya. Fatimah sangat patut kita jadikan jadikan teladan
utama.
Komentar
Posting Komentar